Kamis, 28 Maret 2019

MENDESKRIPSIKAN DIRI SENDIRI SEBAGAI INDIVIDU, DALAM KELUARGA, LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DAN LINGKUNGAN KAMPUS


*Sebagai Individu
Sebagai individu saya merupakan seseorang yang sedikit apatis, tidak suka memperhatikan lingkungan sekitar, pendiam, pemalu. Dan juga saya tidak terlalu suka berada di tempat ramai, jika saya berada di di keramaian saya merasa kurang nyaman, akibatnya saya lebih suka berada dirumah.



*Dalam Keluarga
                 Keluarga adalah suatu hal yg paling penting buat saya, tidak ada yg lebih penting dari keluarga . oleh sebab itu , Di dalam keluarga, saya selalu menghormati orang tua saya. Jika saya diberi tugas oleh orang tua pasti saya langsung melakasanakannya. Hubungan saya dengan kakak dan adik saya juga baik kami selalu saling membantu satu sama lain.



*Dalam Lingkungan Tempat Tinggal
Dalam lingkungan tempat tinggal  ketika saya kecil mungkin saya sering keluar untuk bermain dengan teman sekitar rumah saya, namun ketika menginjak remaja saya kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena lingkungan sekitar tempat tinggal pergaulannya kurang baik. Banyak pemuda sebaya saya yang putus sekolah dan pengguna narkoba, saya melihat hal itu  terjadi karena orang tua yg tidak memperhatikan anaknya.



* Dalam Lingkungan Kampus
Dalam lingkungan kampus saya tidak terlalu banyak memiliki teman, namun saya selalu berusaha membina hubungan yg baik dengan teman-teman yang saya kenal  di lingkungan kampus.


Rabu, 27 Maret 2019

URBANISASI DI INDONESIA


MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR

“ URBANISASI DI INDONESIA ”




Disusun Oleh :
Ivan Rezki Sahdani Loi (33418435)





KELAS 1ID01
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Ratna Susilowati

BAB I
PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
II.                Rumusan Masalah
1.      Apa penyebab terjadinya urbanisasi ?
2.      Apa dampak positif dan negatif dari terjadinya urbanisasi ?
3.      Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya urbanisasi yang melonjak ?

BAB II
ISI

2.1 Penyebab Terjadinya Urbanisasi
Penyebab terjadinya urbanisasi  di Indonesia sangatlah beragam , akan tetapi  pada umumnya urbanisasi  di Indonesia terjadi  karena kurangnya lapangan pekerjaan di desa, sehingga mendorong masyarakat desa  pergi ke kota untuk mencoba peruntungan.
2.2 Dampak Positif dan Negatif dari Urbanisasi
Adapun dampak atau akibat terjadinya urbanisasi bagi daerah yang ditinggalkan (desa), diantaranya:
Dampak Positif:
·         Dapat mendorong kemajuan dan pembangunan desa karena penduduk sudah mengetahui kemajuan di kota
·         Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui uang hasil keluarga yang bekerja di kota
·         Dapat mengurangi jumlah penduduk, jika desa memiliki penduduk yang padat
·         Dapat mengurangi jumlah pengangguran di desa.
Dampak Negatif:
Tenaga kerja di desa berkurang, khususnya pengelola pertanian
Produksi pertanian menurun, karena tenaga kerja banyak pindah ke kota
Desa kehilangan penduduk atau tenaga kerja yang berkualitas.
Dampak Bagi Daerah Yang Di Datangi
Adapun dampak atau akibat terjadinya urbanisasi bagi daerah yang didatangi (kota), yaitu:

Dampak Positif:
·         Tenaga kerja dapat terpenuhi
·         Semakin banyak sumber daya manusia yang berkualitas
·         Upah kerja relatif murah
·         Dapat mempercepat pembangunan kota
Dampak Negatif:
·         Kepadatan penduduk akan semakin meningkat yang akan berakibat pada lahan tempat tinggal semakin sempit dan akan banyak muncul pemukiman liar
·         Jumlah pengangguran akan semakin meningkat karena jumlah penduduknya yang juga meningkat.
·         Dapat menyebabkan permasalah sosial yang lebih meningkat

2.3 Cara Mengurangi Urbanisasi
Upaya pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya urbanisasi antara lain sebagai berikut :
  • Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi, yaitu pembangunan yang merata atau menyebar berpusat pada daerah-daerah, misalnya pembangunan di Indonesia berpusat pada empat kota. seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang. Masing-masing daerah akan mengembangkan daerah sekitarnya contohnya, untuk daerah Jakarta dikenal dengan istilah Jabotabek, di Surabaya dikenal dengan istilah Gerbangkertasusila. Dengan demikian, penduduk desa yang ingin mencari pekerjaan tidak perlu ke kota besar.
  • Mengadakan modernisasi desa dengan program pembangunan.
  • Memperbanyak fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan, seperti fasilitas kesehatan, sekolah, tempat hiburan, dan transportasi.
  • Mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan melalui program keluarga berencana.
  • Meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan, antara lain membangun irigasi, menggiatkan koperasi unit desa atau KUD
  • Meningkatkan keamanan di pedesaan dengan lehih mengaktifkan sistem keamanan lingkungan atau siskamling.
  • Mengeluarkan peraturan untuk mempersulit perpindahan penduduk desa ke kota, misalnya izin pindah ke kota sulit, Jakarta dinyatakan tertutup bagi pendatang baru.
Usaha-usaha untuk mengatasi akibat urbanisasi di kota besar sebagai berikut :
  • Menertibkan pemukiman kumuh, pembuangan sampah, dan air limbah.
  • Mengadakan penghijauan kota, yaitu mengadakan jalur hijau dan taman kota.
  • Memperluas pemukiman dengan membangun kota satelit, yaitu kota kecil di sekitar kota besar.
  • Menambah perumahan rakyat dengan membangun rumah murah, yaitu rumah susun, menambah sarana angkutan, jaringan listrik, air minum, dan  sebagainya.
  • Menciptakan kutub pertumbuhan baru.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Urbanisasi banyak menyebabkan dampak negative jika tidak dikendalikan dengan baik. Dan inilah yang terjadi di Indonesia sekarang ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah penduduk desa yang pergi ke kota, mengakibatkan jumlah penduduk di kota  terus meningkat.



KONDISI KEBUDAYAAN DI INDONESIA


MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR

“KONDISI KEBUDAYAAN DI INDONESIA”





Disusun Oleh :
Ivan Rezki Sahdani Loi (33418435)



KELAS 1ID01
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Ratna Susilowati



BAB I
PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang
Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah,yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.Dengan demikian,kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua bahasa ini berasal dari bahasa latin  yang colere berarti mengolah,mengerjakan ,menyuburkan dan mengembangkan tanah(bertani) .dengan demikian culture atau cultuur berarti sebagai segala hal daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Selo Soemarjdjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat.
Budaya Indonesia , seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki budaya yang sangat banyak dan beragam. Tetapi banyak kebudayaan-kebudayaan di Indonesia yg hampir punah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya yaitu pengaruh globalisai dan perkembangan teknologi. Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan masyarakat Indonesia kurang tertarik kepada budaya sendiri dan malah tertarik dengan kebudayaan luar yg belum tentu sesuai dengan masyarakat Indonesia.

II . Rumusan Masalah
1. Masih diterapkankah kebudayaan di Indonesia ?
2. Apa contoh kebudayaan yg masih diterapkan di Indonesia?
3. Apa yang harus kita sikapi terhadap kebudayaan Indonesia ?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masih diterapkankah kebudayaan di Indonesia ?
 Masih , tetapi banyak diterapkan didaerah  perdesaan saja, kalau didaerah perkotaan sudah jarang karena di kota  terdiri dari berbagai suku dan budaya sehingga susah untuk di diterapkan.paling kalau di kota yang masih diterapkan yaitu budaya yg bersifat norma masyarakat. Di kota juga banyak terjadi adopsi budaya luar yg kebarat-baratan akibat dari pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi.
                                                            
2.2  Contoh kebudayaan yg masih diterapkan di Indonesia
Ada beberapa kebudayaan yg masih diterapkan di Indonesia antara lain yaitu ;
1. Sunatan di Aceh
Bagi masyarakat urban, sunatan buat anak biasanya digelar secara sederhana. Pagi anak diantar ke rumah sakit untuk dikhitan, sorenya bikin syukuran dan bagi-bagi makanan di lingkungan rumah lalu sudah. 
Tapi buat masyarakat yang masih memegang teguh tradisi, sunatan dilakukan dengan prosesi yang panjang dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Contohnya tradisi sunatan di Aceh yang prosesinya dimulai tiga hari sebelum si anak disunat.
Di Aceh, walah hanya satu anak yang sunatan, seluruh warga desa bergerak. Prosesi sunatan di Aceh full aturan adat dari konsep pakaian hingga makanan.Walhasil, biaya penyelenggaraannya pun cukup besar.

2. Mitoni
Mitoni adalah upacara mempersiapkan kelahiran bayi saat usia kehamilan 7 bulan. Upacara adat Jawa ini lekat dengan budaya Islam.
Jika diselenggarakan dengan adat Jawa utuh, prosesi mitoni membutuhkan seharian penuh dan biaya yang relatif besar. Upacara ini mirip-mirip dengan pernikahan Jawa, ada sungkeman dan siraman. Keluarga yang menggelar upacara ini juga harus mengundang tetangga dan kenalan untuk ikut mendoakan si jabang bayi.

3. Rambu Solo
Jangan salah ya, rambu solo yang satu ini bukan rambu lalu lintas dari Kota Solo.
Tradisi mengantar kepergian jenazah di Toraja ini menjadi daya tarik wisata Sulawesi. Sebab, upacaranya digelar secara rumit tapi menarik.
Rambu Solo wajib digelar masyarakat asli Toraja. Jika salah seorang keluarga meninggal tapi belum digelar Rambu Solo, jenzahnya akan diperlakukan seperti orang sakit. Dia bakal diberi makan-minum, ditidurkan di ranjang, dan bahkan diajak mengobrol.
Saking besarnya biaya Rambu Solo, banyak warga Toraja yang harus menunggu hingga berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun untuk melaksanakannya. Sebab, mereka harus mengumpulkan uang dulu sampai cukup untuk membayar seluruh prosesi yang bisa mencaapai ratusan juta rupiah.

4. Tiwah
Tiwah mirip-mirip ama rambu solo. Sekali bikin acara tiwah, rencana nikah bisa-bisa ditunda sampai bertahun-tahun karena biaya abis buat tiwah .
Sementara Toraja punya Rambu Solo, warga Dayak di Kalimantan punya Tiwah. Tradisi ini digelar untuk menyucikan jiwa orang yang telah meninggal agar diterima di surga.
Sama seperti masyarakat Toraja, komunitas Dayak juga harus menabung lama untuk menyelenggarakan tradisi yang digelar non-stop selama sebulan ini. Biaya untuk menyelenggarakan Tiwah puluhan hingga ratusan juta rupiah. Tapi biasanya warga setempat ikut mengumpulkan sumbangan bagi keluarga yang akan menyelenggarakannya.

5. Ngaben
Ngaben jadi daya tarik wisatawan asing di Bali. Kalau ada tiketnya bisa balik modal kali ya. hehehe
Ngaben adalah tradisi pembakaran jenazah di Bali. Tradisi di Indonesia yang masih dilestarikan ini bisa menyedot dana puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Dulu Ngaben digelar secara perseorangan. Artinya bila seorang anggota keluarga meninggal, maka keluarganya akan menggelar Ngaben agar jiwanya tenang. Tapi sekarang warga Bali lebih sering menyelenggarakan Ngaben secara bersama-sama.

Sebab, biaya penyelenggaraan bisa ditanggung bersama. Sementara menanti barengan, jenazah keluarga tersebut akan dikubur atau disimpan di dalam rumah hingga Ngaben tiba.
Tradisi-tradisi itu memang terbilang mahal, tapi sebisa mungkin dilestarikan. Sebab tradisi itu menjadi kebanggaan Indonesia dan anak-cucu harus tahu bahwa negeri kita kaya dan membanggakan.
Soal biaya pasti ada jalan keluar. Dalam tradisi di atas disebutkan contoh langkah penghematan, seperti menggelar bersama atau menabung dulu.
Jika mungkin, pemerintah bisa dimintai bantuan. Pasalnya, penyelenggaraan tradisi itu juga bermanfaat buat pemerintah, terutama dalam hal industri wisata.


2.3  Apa yang harus kita sikapi terhadap kebudayaan Indonesia ?       
Salah satu cara yang tepat untuk mengisi kemerdekaan bagi para generasi penerus adalah dengan melestarikan kebudayaan bangsa dengan cara mempelajarinya. Kebudayaan bangsa merupakan warisan leluhur yang mengandung nilai-nilai luhur cerminan dari kehidupan manusia dan masyarakat.

Sebuah masyarakat memiliki budaya dan nilai-nilai yang dijaga dan diteruskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 
kita harus bersikap peduli dan tidak apatis terhadap kebudayaan Indonesia, karena itulah ciri khas bangsa Indonesia yg tidak dimiliki bangsa lain.


BAB  III
PENUTUP
1. Kesimpulan
            Budaya atau Kebudayaan adalah ciri khas yang terdapapat didalam suatu negara ataupun didalam suatu daerah. Kebudayaan juga termasuk suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Akan tetapi banyak kondisi kebudayaan Indonesia yg hampir punah, oleh sebab itu tugas kita lah untuk menjaganya.
2. Saran
Jadilah orang yang peduli terhadap kebudayaan bangsa. Salah satunya dengan cara mempelajari  kebudayaan daerah sendiri. Dengan mengikuti dan mempelajari budaya bangsa, seiring dengan berjalannya waktu, akan muncul rasa mencintai. Pada akhirnya, akan timbul keinginan untuk mengembangkan dan melestarikann
3.Daftar Pustaka